Harap tinggalkan pesan

Dibelakangku Ada Wanita Tangguh


Sosok-TuturNTB-Tak biasanya perempuan pedesaan membawa air menggunakan Ember plastik dengan cara ditenteng, namun di Berombok Desa Durian terlihat seorang perempuan tengah berbuat demikian.

Itulah seorang gadis Kota yang terpaksa hidup di pedaleman dusun Berombok demi mengikuti tambatan hati (Suami).

Perempuan asal Pejeruk Kebun Bawak, Ampenan ini kini menjadi isteri M. Suhaili seorang penulis pemula dibidang  penyosoan.

Perempuan bernama lengkap Kartini ini memiliki perangai penyabar, berbelas kasih, dan ikhlasan sehingga kehidupan di pelosok begitu cepat diakrabinya.

Oh ya, hampir lupa. Perempuan pelosok biasanya mengambil air ke sumur tetangga menggunakan ember plastik yang dibawa menggunakan kepala ( Berenson) bahasa daerah. Kala itu, sumur masih sangat jarang berbeda dengan zaman sekarang meski air PDAM belum masuk namun Berombok tidak pernah kekurangan air karena sumur nyaris ada di tiap rumah.

Pengalaman perdana perempuan berpanggilan akrab binyok ini mengambil air, di mana dirumah orang tuanya tinggal tekan atau putar kran.

Ia terlihat begitu menikmati setiap langkah dengan beban se ember air dijinjingan tangan kanan, maklum belum bisa bereson layaknya perempuan desa.

Hidup sebagai seorang isteri, perempuan berbadan gemuk dan berisi ini menunjukkan, ia seorang perempuan sejati dengan memberikan seorang putri perdana yaitu Luluh Suahdu Huryantini.

Nama Luluh Syahdu Huryantini sebenarnya tidak masuk dalam daftar nama calon bayi, karena memang ada dua yang disediakan sang ayah yaitu Ahmad Getar Sejagat, ( Laki) dan Luluh Getir Syahdu (Perempuan). Hanya saja nama tersebut tak direstui Yuli kakak kandung Kartini.

Perempuan tangguh ini, Lima bersaudara dari pasangan Saidi dan al-marhumah Huriyah , ada Yuli, Rahman, baru Kartini, disusul Saritem, dan Sariti.
Baru lahir lagi saudara seayah namun beda Ibu yaitu Rahman Jayadi.

Kalimat serta tindakan acapkali terlontar darinya, kala Uhel panggilan akrab suaminya dilanda musibah " Jangan terlalu dipikirkan, toh juga Allah pasti sudah mengaturnya, kita kudu ikhlas dan tawakkal". Hiburnya.

Terkadang dengan menyuguhkan hidangan seadanya diiringi kalimat lembut nan sopan. Nasi putih, Tahu Goreng, Sambal Terasi, dan Sayur bening telah tersaji dengan iringan " Mari kita makan, mumpung Allah masih memberikan kita nikmat bisa makan". Katanya sangat menenangkan.

Kini perempuan berkulit putih itu benar-benar telah menikmati kodratnya sebagai seorang isteri dan seorang ibu. Ia terbilang sangat rajin melayani suaminya, baik yang zahir ataupun batin.

Sebagai seorang Ibu, Ia belajar menjadi pengerajin anyaman ketak guna membantu suaminya memenuhi kebutuhan rumah tangga " Kalau tidak begini, lantas saya mesti ngapain" Katanya jelas menjawab pertanyaan TuturNTB.

Terlebih dengan Syahdu yang kini sudah tahu namanya belanja, setidaknya  saya tidak minta untuk belanja anak" . Tambahnya.(Shi)

Previous
Next Post »